Ritual Perang Api Tradisi 2,5 Abad Yang Tetap Lestari

Ritual Perang Api Tradisi 2,5 Abad Yang Tetap Lestari
Lombok Siber - Ritual kuno bernama perang api dilaksanakan Warga Dua Desa tepatnya Desa Negara Sakah dan Sweta Mataram Kecamatan Cakranegara sebagai rangkaian acara ritual Buta Yadnya yang dalam keyakinan ummat Hindu bermakna penetralan alam semesta dari segala unsur negatif yang rutin digelar sehari menjelang tenggelamnya matahari sehari sebelum pelaksanaan Tapa Brata Penyepian.

Peperangan dilakukan mengambil tempat di perbatasan dua desa, dengan masing - masing warga mempersenjatai diri menggunakan janur atau bahasa lokal bobok (daun kelapa kering-Red) yang dibentuk menyerupai gada yang disulut hingga terbakar dan dijadikan alat untuk saling menyerang satu sama lain.

Hiruk pikuk peperangan antar warga dua desa dengan aksi saling pukul menggunakan gada yang menyala yang sepintas terkesan ekstrim dan penuh dengan emosi. Namun beginilah cara warga untuk melestarikan tradisi dan juga menjaga silaturrahmi tanpa amarah dan juga dendam antara mereka.

“Ini merupakan rangkaian acara ritual Buta Yadnya yang rutin digelar setiap menjelang nyepi, tidak ada dendam dalam tradisi ini” ujar I Gusti Bagus Mayana Tokoh masyarakat yang memberikan penjelasan usai dilakukan ritual perang api.

Konon perang api telah dilakukan sejak 277 tahun yang lalu saat kedua desa masih menjadi kerajaan. Asal - muasal nya pun karena saat itu warga dua kerjaan dijangkiti wabah penyakit menular yang mematikan, akhirnya berdasarkan petunjuk Niskala dilakukanlah ritual yang sampai saat ini dinamakan dengan perang api.

“Ritual ini merupakan tradisi mengusir unsur jahat, unsur negatif yang menggangu manusia, ini sudah dilakukan sejak jaman dulu waktu masih kerajaan, untuk mengusir wabah penyakit juga” jelas Bagus Mayana.

Lebih jauh Bagus Mayana juga menyatakan api itu sendiri merupakan simbol amarah yang ada pada diri manusia, maka dengan melaksanakan perang api segala bentuk amarah, emosi, dan segala sifat keburukan yang ada pada diri manusia bisa hilang seiring dengan usainya pelaksanaan ritual ini, untuk selanjutnya pada keesokan harinya seluruh ummat Hindu akan melaksanakan prosesi Tapa Brata Penyepian sebagai rangkaian merayakan tahun baru Caka 1939 Kalender Hindu.

“Api itu simbol amarah, jadi kita berharap dengan ritual ini segala bentuk emosi amarah dan dendam bisa sirna dan silaturrahmi antar warga bisa tetap terjaga usai melaksanakan penyepian nanti” pungkasnya. [SL]
Previous
Next Post »
Komentari

Tidak ada komentar